11 Agustus 2009

Sejarah Kombucha Tea

Kata kombucha diambil dari sebuah cerita pada zaman kekaisaran jepang yaitu Kaisar Inkyo yang menderita sakit sembelit selama bertahun – tahun, sang Kaisar sangat tersiksa karena harus memerintah kerajaan dalam keadaan menderita sakit yang tak kunjung sembuh. Kemudian pada tahun 414 M, seorang tabib Korea bernama Kombu menemukan ramuan ajaib yang berhasil menyembuhkan penyakitnya. Lalu ramuan ajaib tersebut diberi nama Kombucha”, kata “kombu diambil dari nama si tabib tadi dan “cha” yang artinya adalah teh. Di berbagai daerah dan Negara nama Kombucha tea disebut juga dengan manchurian tea mushrom, fungus japonicum, olinka, kargasok tea, tea kwas, heldenpise, olga tea, atau mogu tea. Sedangkan di jawa orang biasa menyebutnya dengan jamur dipo atau jamur super.

Teh kombucha di yakini telah dikenal lebih dari 2.000 tahun lalu. Ramuan ini diperkirakan berasal dari daerah Siberia bagian selatan, tepatnya daerah bernama Kargasok yang berbatasan dengan Cina. Penduduk kargasok berumur panjang (rata-rata lebih dari 100 tahun), tetap aktif dan selalu tampak sehat. Para peneliti juga mendapati, hampir tidak ditemukan penyakit kanker diantara penduduk Kargasok yang rajin mengkonsumsi kombucha sebagai minuman sehari – hari. Dari sini kombucha kemudian menyebar ke Cina terutama Manchuria, sehingga dikenal dengan nama manchurian tea mushrom. Melalui perdagangan jalur sutera, ia dibawa ke Asia Tengah, Asia Barat, dan Eropa. Hingga kini kombucha tea telah dikenal di berbagai Negara dan karena khasiatnya yang luar biasa tersebut banyak memunculkan penelitian – penelitian yang dilakukan oleh para dokter spesialis.

Dulu kombucha tea sangat popular dan terkenal, tapi pada saat perang dunia jamur kombucha tersebut sempat kehilangan popularitas karena kekurangan pasokan teh dan gula pada masa itu. Dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, kini kombucha tea mulai di gemari kembali oleh masyarakat.

Kombucha tea masuk ke Indonesia pertama kali karena dibawa oleh seorang penerbang yang tinggal di Ujung Pandang, dengan tujuan untuk mengobati kedua orang tuanya yang menderita stroke, kelumpuhan dan menderita penyakit gula kronis. Ternyata setelah mengkonsumsi Kombucha tersebut, mereka berhasil disembuhkan. Sejak saat itu, Kombucha mulai dibudidayakan dan dikembangkan di Indonesia (Suprapti, 2003).

Banyak masyarakat Indonesia belum mengetahui dan mengenal kombucha. Bahkan, mungkin mendengar namanya pun masih asing. Padahal, pemanfaatan kombucha tea untuk pengobatan sudah cukup lama diterapkan di Indonesia, yakni decade 1930-an. Kombucha atau sering disebut teh kombu adalah larutan hasil fermentasi atau hasil peragian larutan teh, gula dan “jamur” kombu (Naland, 2004).